Print Friendly and PDF

Pencucian Dry Clean

Pada umumnya bagi kita mencuci merupakan rutinitas waktu tertentu yang bertujuan membersihkan pakaian yang kotor akibat terkena noda atau setelah dipakai, kita hanya mengenal cara mencuci dengan mempergunakan air serta sabun cuci. Namun perkembangan industri tekstil yang sedemikian pesat, maka cara pencucian pakaian yang sederhana tadi dirasa tidak lagi cukup memuaskan. Sehingga ditemukanlah cara pencucian yang kita kenal dengan istilah dryclean, cara ini terutama untuk mencuci jenis tekstil atau produk tekstil berasal dari serat benang wool, sutera, kulit hewan, polyamida ( nylon ) dan atau campurannya.

Cara pencucian dryclean ini ditemukan oleh seorang Perancis yang bernama Jean Batiste Jolly pada tahun 1825, yang kemudian dikembangkan oleh Pullars pada tahun 1866 sebagai suatu industri yang menjadi cikal bakal munculnya istilah laundry dan dryclean seperti yang kita kenal hingga saat ini.

Perbedaan Laundry dan Dryclean terletak dari media yang digunakan dimana :
  1. Laundry adalah cara pencucian tekstil atau produk tekstil dengan mempergunakan air ( dingin atau panas ) sebagai media pembasahnya, ditambah dengan bahan-bahan pencuci lainnya ( sabun, alkali, asam cuka, pemutih, pelembut dan atau kanji ) yang diperlukan.
  2. Sedangkan “ Drycleaning “ adalah cara pencucian tekstil atau produk tekstil dengan mempergunakan minyak khusus jenis natural petroleum solvent ataupun synthetic petroleum solvent yang banyak dipakai dengan cukup aman, yaitu jenis “ perchloroethylene ( perch ) “. Namun dalam kondisi tertentu apabila diperlukan dapat pula ditambah jenis bahan pembersih lainnya ( misalnya sabun drycleaning ), termasuk bahan penetral bau minyak tersebut. 
Perchloroethylene ( perch ) adalah berupa cairan minyak yang tidak dapat terbakar, tidak berwarna, dapat menguap pada titik didih antara 110 derajat celcius dan berbau khas. Penemu sekaligus pelopor pembuat petroleum solvent adalah seorang berkebangsaan Amerika Serikat, bernama WJ Stoddard. Karena jasanya maka oleh institute-institute di Amerika, namanya dikaitkan dengan hasil temuannya tersebut, yang dikenal sebagai “ Stoddard Solvent “.

Dalam ilmu pertekstilan, jenis serat benang dikenal ada yang berasal dari : 

Serat benang alami ( natural fibre ) :
  1. Berasal dari tumbuh-tumbuhan : contoh katun ( cotton ) dari kapas, karung goni berasal dari yute. 
  2. Berasal dari hewan : contoh sutera ( silk ) dari kepompong ulat sutera, wool dari bulu domba, kulit ( sapi, ular, buaya dsb. ) 
  3. Berasal dari zat mineral bumi : contoh asbestos.
Serat benang tiruan ( synthetic fibre ) :
  1. Serat benang semi tiruan ( semi synthetic ) : contoh cellulose, rayon, viscose dan sebagainya. 
  2. Serat benang tiruan seluruhnya ( synthetic fibre ) : contoh polyamida (nylon ), polyester ( tetoron, dacron, teijin ), polypropylene, polyacrylic (acrylic ), polyurethane. 
  3. Serat benang in organik ( inorganic fibre ) : contoh serat gelas, serat karbon.
Serat benang campuran ( blended fibre ) : Serat benang campuran antara katun dengan polyester, katun dengan wool dsb

Pada prinsipnya semua jenis serat benang tersebut diatas mempunyai karakteristik berbeda satu sama lain namun proses pencuciannya dapat dialakukan dengan media air (laundry) walaupun dengan teknis pengerjaan yang berbeda-beda. Tetapi khusus untuk serat wool, sutera, kulit hewan dan nylon atau campurannya yang memiliki kandungan protein hewani yang sangat sensitif bila kena air apalagi air panas karena akan mengkeret maka paling baik dicuci dengan metode dryclean. 

Didalam perkembangannya telah ditemukan lagi metode pencucian baru, dengan istilah “ wet clean “. Wet clean hampir sama dengan metode dryclean, karena memang metode ini dimaksudkan sebagai penggantinya karena minyak ( natural/ synthetic petroleum solvent jenis perch ) dianggap tidak ramah lingkungan, karena ada pencemaran udara ( antara lain dapat mengikat O2 dan menipiskan lapisan ozone ). 

Para ahli telah menemukan zat cair pengganti perch yang didapat dari udara yang kita hirup. Dengan melalui proses bertekanan 50 – 60 bar, dari udara itu dapat dihasilkan liquid carbon dioxide ( LCO2 ) – tubuh kita menghasilkan 4% LCO2 ini setiap kali bernapas.

Zat cair ini tidak berbahaya ( tidak beracun ), tidak dapat terbakar, tidak berbau, hambar rasanya, tidak berwarna, dapat menyatu dengan air, dapat melarutkan noda-noda lemak pada pakaian, dapat disuling kembali dan amat ramah lingkungan.






Sumber :

Gambar :
palmcleaners.net

1 comment:

Prime Time Cleaners said...

Get in touch with the best dry cleaners in Jersey City. Prime Time Cleaners provides personalized quality dry cleaning and laundry service in Jersey City. For pick up your order to call us (201) 721-6819