Print Friendly and PDF

Artikel Tentang Fenomena Mudik

gambar : mudrajad.com
Tidak semua orang bekerja dalam rangka mencari nafkah berada di daerah tempat tinggalnya, kebanyakan bekerja di kota besar atau luar negeri, meninggalkan desa atau daerah tempat dimana berkumpul dengan keluarga. Lebaran sebagai salah satu moment yang baik untuk bersilaturahmi dengan keluarga menciptakan suatu fenomena pulang kampung secara masal atau lebih dikenal dengan istilah mudik, Tradisi mudik ini ternyata hanya ada di Indonesia
Menurut id.wikipedia.org/wiki/Mudik, mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik berasal dari bahasa jawa "Mulih Dhisik" yang artinya pulang dulu.Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowandengan orang tua. Beban yang paling berat yang dihadapi dalam mudik adalah penyediaan sistem transportasinya karena secara bersamaan jumlah masyarakat menggunakan angkutan umum atau kendaraan melalui jaringan jalan yang ada sehingga sering mengakibatkan penumpang/pemakai perjalanan menghadapi kemacetan, penundaan perjalanan.

Berbagai kisah suka duka menghiasi perjalanan para pemudik dari kota ke tempatnya masing-masing , tidak sedikit uang yang dikeluarkan dan bahkan keselamatan dipertaruhkan, dari berbagi pengamatan, alasan mudik itu antara lain :
  1. Memanfaatkan libur hari raya yang biasanya cukup panjang untuk berkumpul dengan keluarga di kampung halaman.
  2. Dalam aspek psikologis, mudik akan membangkitkan kesegaran dan tenaga baru bila mereka kembali bekerja di kota. Oleh karena itu mudik Lebaran, selain menjadi tradisi tahunan, juga memiliki efek perbaikan hidup atau terapi untuk rasa kehilangan bagi mereka yang hidup jauh dari orang tua dan keluarga
  3. Fenomena mudik sering dijadikan sebagai media untuk menunjukkan sukses di kota. Status sosial yang diperoleh perlu diketahui oleh sanak-keluarga.
Sebuah kondisi pada saat ritual mudik ini terjadi dimana kota-kota besar seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya akan lengang, kosong seakan tak berpenghuni. Kondisi ini secara gamblang mengungkap adanya ketimpangan secara ekonomi dan sosial antara daerah dengan kota besar. Mudik terjadi karena :
  1. Terpusatnya kegiatan kehidupan di kota dan melemahnya fungsi kehidupan di desa. Fungsi-fungsi kota di daerah tidak diberdayakan secara optimal sehingga orang memilih memburu kehidupan dan mencari pekerjaan di kota-kota besar.
  2. Tidak meratanya pembangunan infrastruktur yang ada dikota dangan di daerah membuat orang mencari tempat hidup yang lebih baik.
Ritual mudik ini tidaklah dapat dilalui secara mudah oleh para pemudik, tidak sedikit dana yang terkuras untuk ongkos, oleh-oleh dsb ibaratnya gaji setahun habis dalam waktu beberapa hari saja. adakalanya faktor kecelamatan juga dipertaruhkan. Hal ini lagi-lagi membuka borok managemen mudik ini yang sebenarnya bisa direncanakan dan dikelola secara baik karena bersifat rutin setidaknya setahun sekali.
Terdapat fakta yang bisa kitu buka dalam  masalah mudik ini, dintaranya :
  1. Manajemen transportasi yang semrawut serta kurang optimalnya infrastruktur transportasi yang ada. Baik di darat, laut, maupun udara. Ataupun masalah jalur mudik yang dilalui, jalanan macet, dan armada yang tak mencukupi
  2. Kenyamanan pemudik di perjalanan masih menjadi sesuatu yang mahal dan sulit dimiliki, kenyamanan Pemudik hanya dapat dirasakan bagi mereka yang berduit dan membeli tiket eksekutif, sedangkan orang-orang menengah ke bawah yang membeli tiket ekonomi kenyamanan mereka masih jauh dari harapan. Kenyamanan itu harus dibeli dengan mahal dan mewah. Sementara warga kelas ekonomi pas-pasan berjuang keras mendapatkan keamanan dan kenyamanan. Bahkan tak jarang mereka tak peduli kenyamanan dan keselamatan diri ‘asalkan bisa terangkut’ sampai tujuan. Kelihatannya pemerintah masih bertindak diskriminatif terhadap kaum miskin dan kaum kaya dalam pelayanan masyarakatnya.
  3. Hasrat pemudik yang ingin cepat-cepat sampai tempat tujuan tanpa memperhatikan lagi keselamatan diri. Itulah sebabnya mengapa korban-korban kecelakaan terus berjatuhan dalam arus mudik dan balik.
Arus urbanisasi sebenarnya salah satu penyebab terjadinya mudik. Jika pemerataan pembangunan yang dikelola oleh pemerintah bisa optimal hingga ke daerah-daerah dan desa-desa terpencil. Kemungkinan jumlah pemudik akan menurun dan stabil sehingga tidak akan menimbulkan kemacetan dan risiko kecelakaan dapat diantisipasi. Serta sektor ekonomi akan menunjukkan stabilitas yang cukup baik.



sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Mudik
http://justoci.student.umm.ac.id


No comments: