gambar : citraislam.com |
Kenaikan harga BBM merupakan dilema baik untuk Pemerintah
maupun Masyarakat, Kebijakan untuk menaikan harga BBM merupakan kebijakan yang
tidak populer tetapi hal itu harus diambil untuk menyelamatkan keuangan negara
namun dilain pihak dampak dari kenaikan tersebut akan sangat berat dirasakan
oleh masyarakat dengan naiknya harga bahan pokok kebutuhan sehari-hari baik
setelah kenaikan maupun sebelum kenaikan itu terjadi. Mari kita kupas kenaikan
harga BBM ini dari beberapa perspektif sebagai berikut :
1. Perspektif Ekonomi Makro
Dari Anggaran Pendapatan Negara saat ini tidak kurang dari
200 triliun dihabiskan untuk membayar subsidi BBM, sebagai gambaran pada
beberapa dekade yang lalu kita bisa memproduksi minyak sebanyak 1.5 juta barel,
sedang kebutuhan atau konsumsi BBM adalah hanya kurang lebih 800 ribu barel
tapi saat ini kondisinya terbalik, 800 ribu barel produksi , sedang konsumsi
mencapai 1.5 juta barel perhari. Selisih antara pemakaian dan produksi inilah
yang mengharuskan pemerintah mengimpor BBM dari negara lain dengan harga Rp. 9.500
per liter dan dijual ke masyarakat seharga Rp. 4.500 per liter, selisih harga
impor dan penjualan ke masyarakat inilah yang kita namakan subsidi BBM. Apabila
ini dibiarkan dan terus berlanjut, dikhawatirkan akan mengganggu laju pertumbuhan ekonomi, percepatan
pembangunan, merosotnya cadangan devisa negara yang akan berimbasnya pada
terhambatnya transaksi perdagangan baik eksport maupun import.
2. Perspektif Ekonomi Mikro
Dampak dari kenaikan harga BBM apabila dilihat dari sisi
ekonomi mikro akan sangat krusial karena bagaimanapun penjelasan yang
disampaikan oleh pemerintah akan ditanggapi oleh sebagian besar masyarakat
dengan getir. Bagaimana tidak, dampak kenaikan harga BBM harus ditanggung oleh
masyarakat jauh-jauh hari sebelum kebijakannya diputuskan, harga bahan dasar
misalnya beras, minyak, sayuran dll sudah mendahului naik sebelum harga BBM nya
itu sendiri naik. Dampak langsung
apabila kenaikan harga BBM ini benar-benar terjadi antara lain :
- Kenaikan ongkos trasnportasi baik transportasi barang maupun orang misalnya anak sekolah yang biasa pergi ke sekolah naik angkutam umum dengan ongkos Rp. 2.000 menjadi Rp. 2.500 dsb.
- Kenaikan harga bahan kebutuhan pokok yang diakibatkan kenaikan ongkos angkut bahan tersebut.
- Menurunnya tingkat daya beli masyarakat. Uang Rp. 20.000 yang tadinya dapat membeli beras beserta lauknya untuk makan keluarga, maka saat ini dengan uang tersebut hanya mendapat separuhnya saja, inilah gambaran inflasi pada sektor real.
- Memberikan pondasi kepada masyarakat dalam menghadapi dampak kenaikan harga BBM
- Meningkatnya daya beli masyarakat
- Naiknya pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan tumbuhnya ekonomi kreatif dan real.
Bersambung ke post selanjutnya >>>>>
No comments:
Post a Comment